Senin, 09 April 2018

MENEPATI JANJI



(Lubertus Agung)

Kita sering kali menebarkan  janji kepada seseorang atau sekelompok  orang untuk bertemu. Entah bertemu membicarakan sesuatu hal yang penting atau hanya sekedar  ngobrol mengisi waktu yang kosong. Aroma janji membuat orang terpikat untuk segera berpapasan.  Ada bermaca-macam janji. Misalkan janji mentraktir teman makan di sebuah warung, ada  juga janji hanya untuk mengobrol biasa saja, janji mengunjungi sesama,  perjanjian kontrak kerja, janji  hidup seia sekata, sehidup semati dalam perkawinan, dan lain sebagainya. Apa pun bentuk janji itu pada hakekatnya  harus ditepati.  Janji itu bukan sekedar sebuah pemanis bibir saja. Tetapi dibalik itu menunjukkan siapa kita sebenarnya. Janji itu menunjukkan iman.  Kita dipercaya orang lain karena menepati sebuah janji yang kita ucapkan. Sebaliknya kita tidak dipercaya orang lain karena mengingkari janji. Dari situ orang mengenal pribadi kita secara lebih dekat dan mendalam.  Di dalam janji tergambar kepribadian kita dan diketahui  jelas hakekat diri kita.  Menepati janji akan membuat orang lain senang dan bahagia. Menepati janji juga akan terjadi sebuah interaksi cinta satu sama lain. Sebaliknya mengingkari janji akan membawa kekecewaan dan  Lebih dari itu mungkin menimbulkan kebencian serta permusuhan satu sama lain. Dengan menepati janji berarti kita menjalankan ajaran Tuhan tentang cinta kasih. Kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri. Inilah hakekat sebuah janji yang ditepati. Jadi menepati janji kepada orang lain menunjukkan rasa cinta kita kepada sesama. Pertanyaannya: Sejauh mana saya menepati janji yang saya ucapkan kepada orang lain? Dalam hal apa saja saya membuat janji? Seberapa sering saya  mengingkari  janji ?  Atas dorongan siapa saya membuat janji? Atas dorongan Roh Kudus atau dorongan dari diri sendiri semata? Marilah kita belajar pada Janji Yesus sendiri.
Share:

Paskah: Sebuah Rekonsiliasi


Dalam Liturgi sepanjang tahun, Gereja telah menetapkan  secara khusus  sebuah masa  di mana umat  dapat melakukan rekonsiliasi dengan Allah dan dengan sesama. Rekonsiliasi ini penting dilakukan mengingat bahwa manusia sering jatuh ke dalam dosa dan kesalahan sepanjang hidupnya sebagai akibat  dari kelemahan manusiawinya. 
Prapaskah adalah salah satu masa emas  untuk menciptakan  rekonsiliasi itu  yang berpuncak pada Paskah.  Di dalam masa Prapaskah umat melakukan pantang dan puasa, bermati raga, merenung, dan berbagi serta berbela rasa terhadap sesama yang menderita, miskin dan tersingkir. Tentu semua ini merupakan  wujud   kesadaran iman menuju pada rekonsiliasi Paskah yang sempurna.
Share:

Rabu, 04 April 2018

DOA UMAT PESTA NAMA LINGKUNGAN SANTO FRANSISKUS ASISI




1.       Bagi Pemimpin Bangsa dan Negara kita
Ya Bapa, curahkan rahmat kebijaksanaan kepada para pemimpin bangsa dan Negara kami agar dengan rahmat-Mu mereka mampu menjaga kebinekaan dan keutuhan bangsa dan Negara kami ini dari segala bentuk kejahatan yang memecah belah NKRI ini.
Marilah kita mohon………………………….
Kabulkanlah doa kami ya Tuhan.

2.       Bagi  Bapa Paus dan Para Uskup
Ya Bapa, Engkau telah memangil dan mengutus Bapa Paus, para Uskup untuk menjadi gembala, pewarta,  dan pelayan serta pemersatu umat-Mu. Anugerahkanlah kesehatan dan kebijaksanaan kepada mereka. Semoga pelayanan mereka menyuburkan iman kami sehingga kami semakin berani melaksanakan tugas perutusan sebagai saksi Kristus, menjadi terang  bagi masyarakat di sekitar kami.
Marilah kita mohon……………….
Kabulkanlah doa kami ya Tuhan.
Share:

BERTOLERANSI DI TENGAH KEBERAGAMAN

Luber Agung -Kepala Sekolah SD Fioreti

(Lubertus Agung)

Sikap bertoleransi di Indonesia saat ini mendapat  perhatian utama dari seluruh komponen bangsa dan agama. Persoalannya bahwa Indonesia saat ini sedang dihadapkan dengan kelompok  radikalisme dan fundamentalisme yang begitu kuat. Dalam prakteknya kelompok ini cukup bertentangan dengan  landasan dasar Pancasila yang berisikan Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Padahal Nilai-nilai dalam Pancasila itu sudah diakui kebenarannya dan sudah diuji keampuhannya oleh suatu  peristiwa  yang mengoyakkan  dan mencabik keberagaman agama dan kesatuan bangsa dari kolonialisme.
Bertoleransi berarti bersikap toleran. Toleran artinya menghargai, mengerti/memahami orang lain dari segala segi kehidupan dan ajaran agamanya. Berkaitan dengan kondisi bangsa kita saat ini sikap toleran sangatlah penting. Karena kita hidup dalam kebinekaan, keperbedaan suku, agama, ras dan golongan. Peristiwa yang paling krusial saat ini adalah ancaman disintegrasi bangsa oleh isu agama. Di sinilah munculnya kelompok radikalis  dan fundamentalis yang ingin memporakporandakan kembali kesatuan dan kehidupan beragama di Indonesia yang sesungguhnya sudah mapan.. Sikap frontal dari kelompok ini mengundang reaksi keras dari kelompok yang mencintai keberagaman dan kemudian melakukan perlawanan hingga membubarkan kelompok yang tidak sesuai dengan visi dan misi bangsa yang berpayungkan pada Pancasila sebagai landasan yang kokoh, teduh dan mendamaikan bagi seluruh masyarakat.
Share:

Sample Text

Copyright © WELONG | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com