Sakramen
pengampunan dosa atau rekonsiliasi adalah salah satu dari dua sakramen
penyembuhan (KGK 1423–1424). Sakramen ini adalah sakramen penyembuhan rohani
dari seseorang yang telah dibaptis yang terjauhkan dari Allah karena telah
berbuat dosa.
Dosa
adalah perbuatan melawan cinta kasih Tuhan dan sesama. Setiap dosa berarti
manusia menjauhkan diri dari Tuhan. Dosa dilakukan secara sadar, dengan sengaja
(diinginkan), dan dalam keadaan bebas, akan berakibat merugikan orang lain dan
drinya sendiri serta merusak hubungan dengan Tuhan. Akibat dosa, manusia
kehilangan rahmat Allah yang pernah ia terima dalam sakramen baptis. Dosa
ikut mengotori kesucian Gereja Kristus. Relasi dengan sesama pun ikut rusak.
Jika seseorang bertobat maka, ia pun berdamai kembali dengan Allah, Gereja, dan
sesama.
Gereja
melalui mereka yang memiliki kuasa para rasul, menjadi saluran rahmat
pengampunan dan pendamaian Allah dalam sakramen pengakuan dosa atau sakramen
tobat. Yang dituntut dalam sakramen tobat bukan sekedar rasa sesal dan air
mata, melainkan “metanoia” atau perubahan hati dan seluruh sikap hidup. Yang
diminta Allah dari manusia adalah niat baik dan usaha pertobatan yang dilakukan
manusia. Allah selalu siap menerima orang yang bertobat.
Langkah-langkah pertobatan seseorang:
1) Menyadari dan mengakui dosa
2) Menyesali dosa
3) Berniat untuk tidak berbuat dosa lagi
4) Mohon ampun
5) Mau menghidupi cara hidup yang baru
2) Menyesali dosa
3) Berniat untuk tidak berbuat dosa lagi
4) Mohon ampun
5) Mau menghidupi cara hidup yang baru
Tata Cara Sakramen Tobat
Secara Pribadi
(Pada saat kita memasuki kamar yang
telah dipersiapkan, kita berlutut dan menerima berkat pengantar dari
Imam, kemudian membuat tanda salib sebagai pembukaan pertobatan kita).
Kemudian katakanlah:
U : Bapa, Sakramen Tobat yang
terakhir saya terima adalah …..(sebutkan kapan terakhir kali menerima Sakramen
Tobat, misal pada masa adven tahun lalu, dll)
Catatan: jika ini pertama kalinya menerima Sakramen Tobat,
katakanlah:
U : Bapa, ini penerimaan Sakramen
Tobat saya untuk pertama kalinya…
Kemudian ucapkanlah:
U : Bapa, dari saat terakhir saya
menerima Sakramen Tobat sampai saat ini, saya sadari telah melakukan dosa-dosa
dan oleh karena itu pada saat ini dihadapan Bapa saya mau mengaku kepada Allah
Bapa Yang Mahakuasa dan kepada seluruh umat Allah yang kudus, bahwa saya telah
berdosa dengan pikiran dan perkataan, dengan perbuatan dan kelalaian, khususnya
bahwa saya telah berdosa :…..(sebutkan dosa anda dengan jujur)
Saya sungguh menyesal atas semua
dosa saya itu, dan dengan hormat saya meminta pengampunan serta penitensi yang
berguna bagi saya.
(Setelah itu, dengarlah nasihat dari
Romo dan apa yang harus anda lakukan sebagai penintensi atas dosa anda dengan
seksama Jika sudah mendapatkan nasihat, Romo akan meminta anda untuk
mengucapkan doa tobat sebagai berikut:)
Doa Tobat: (PS No.25)
Allah Yang Maharahim, aku menyesal
atas dosa-dosaku. Sungguh patut Engkau hukum, terutama karena aku telah tidak
setia kepada Engkau Yang Mahapengasih dan Mahabaik bagiku. Aku benci akan
segala dosaku, dan berjanji dengan pertolongan rahmat-Mu hendak memperbaiki
hidupku dan tidak akan berbuat dosa lagi. Allah Yang Mahamurah, ampunilah aku
orang berdosa ini. Amin
(Pada waktu Imam memberikan
absolusi, Anda harus membuat tanda salib, mengucapkan kata terima kasih, lalu
keluar dari kamar pengakuan. Saat Anda berdoa sesudah pengakuan pribadi, selain
mendoakan doa-doa penitensi, berdoa jugalah doa “Syukur Atas Pengampunan” PS 27
)
TATA CARA IBADAT (SAKRAMEN) TOBAT
(Sebaiknya dilakukan sebagai
persiapan untuk penerimaan Sakramen Tobat Pribadi)
1. PEMBUKA (lagu pembukaan misal PS 596: Kami hendak Menghadap)
2. TANDA SALIB DAN SALAM
F : Dalam nama Bapa, Putera dan Roh
Kudus. Amin
F : Semoga Tuhan beserta kita
U : Sekarang dan selama-lamanya.
3. KATA PENGANTAR
Saudara-saudari
terkasih dalam Yesus Tuhan, Kita berkumpul di sini untuk bersama-sama
melaksanakan Ibadat Tobat dalam rangka mempersiapkan diri untuk menerima
Sakramen Tobat secara pribadi menjelang………..
Saudara-saudari
terkasih dalam Kristus Yesus, sampai sekarang ini sering menjadi persoalan
dikalangan umat adalah mengapa harus ada penerimaan Sakramen Tobat secara
pribadi (kita kenal dengan istilah pengakuan dosa) dihadapan Imam.
Banyak umat yang merasa tidak sreg atau tidak cocok dengan penerimaan Sakramen
Tobat pribadi dihadapan Imam.
Sebagai
seorang Katolik, haruslah kita hayati sungguh-sungguh bahwa inti hidup Kristen
adalah bertobat; meninggalkan dosa dan kegelapan, lalu hidup sebagai anak-anak
terang (bdk Ef 5:8). Orang yang bertobat adalah orang yang dengan tulus
menyadari kelemahan dan kedosaanya, dan dengan rindu mendambakan perdamaian
kembali dangan Allah dan dengan sesama manusia, seperti anak hilang yang
kembali kepada bapanya yang penuh kasih (Luk 15:11-32). Yesus sendiri
bersabda, “Akan ada sukacita besar di Surga karena satu orang berdosa yang
bertobat.” (Luk 15:7).
Tobat
berpuncak pada pengakuan dan pengampunan. Inilah yang disebut rekonsiliasi atau
perdamaian kembali. Perdamaian ini merupakan peristiwa suka-cita yang membawa
penyegaran dan hidup baru, karena itu Allah sendiri mendamaikan orang berdosa
dengan diri-Nya (2 Kor 5:18). Karena itu ibadat tobat yang kita lakukan
ini disebut Perayaan Tobat. Peristiwa tobat merupakan peristiwa sukacita yang
harus dirayakan. (bdk Luk 15:7).
Penerimaan
Sakramen Tobat secara pribadi dihadapan Imam merupakan perwujudan dari tobat.
Dengan menerima Sakramen Tobat, orang berdosa kembali menjalin ikatan yang baik
dengan Allah dan sesama warga Gereja.
Selain
itu, menerima Sakramen Tobat dihadapan Imam adalah merupakan salah satu
kebiasaan atau tradisi kita orang Katolik. Penerimaaan Sakramen Tobat pribadi
menjadi suatu kebiasaan atau tradisi karena dalam perjalanan sejarahnya,
tradisi Sakramen Tobat ini telah mampu melestarikan, menopang, meneguhkan,
membentuk dan membangun kehidupan dan kesatuan umat. Sekarang, banyak orang
mulai meragukan pengakuan dihadapan Imam, justru kita ditantang untuk
mengamalkan, menyegarkan, dan kemudian mewariskan tradisi penerimaan Sakramen
Tobat pribadi ini kepada generasi yang akan datang.
Saudara-saudari
terkasih, agar Sakramen Tobat yang akan kita terima ini sungguh merupakan
peristiwa pertobatan yang sejati sehingga layak kita rayakan, marilah kita
mengawali pertobatan kita ini dengan mohon terang dan bimbingan Roh Kudus.
4. Doa Mohon Terang Dan Bimbingan
Roh Kudus
F : Marilah kita berdoa
bersama-sama…–hening sejenak–
Ya
Allah Bapa Yang Mahakuasa, kami bersyukur kepada-Mu karena Roh Kudus yang telah
Kau curahkan kedalam hati kami.
Kehadiran-Nya
dalam hati kami telah membuat kami menjadi Bait kehadiran-Mu sendiri, dan
bersama Dia pula kami telah Kau lahirkan kembali menjadi anak-anak-Mu.
Ya
Allah Bapa Yang Mahakasih, Roh Kudus itulah yang menjadi penghibur dan penolong
yang Kau utus dalam nama Kristus. Dialah Roh Kebenaran yang memimpin kami
kepada seluruh kebenaran. Roh Kudus itu pula yang telah mengajarkan segala
sesuatu kepada kami dan mengingatkan kami akan Firman yang telah dikatakan oleh
Yesus agar kami selalu dituntun oleh Firman-Nya.
Melalui
Roh Kudus-Mu ini kami mohon ya Allah Bapa Yang Mahamurah, sudilah Engkau
membimbing kami yang saat ini berkumpul bersama untuk merayakan tobat kami.
Melalui bimbingan Roh Kudus-Mu, sudilah Engkau membimbing kami untuk peka akan
dosa-dosa yang telah kami lakukan dan kembali setia pada kehendak-Mu dan dengan
demikian kami Kau beranikan untuk menjadi saksi Putera-Mu dan menjadi pelayan
sesama serta menjadi garam dan terang dunia.
Semoga
Roh Kudus-Mu selalu memimpin kami dengan lembut dan ramah, menuntun kami dengan
cermat dan teguh. Semoga Roh Kudus-Mu menjadi daya Ilahi didalam diri kami
pribadi, didalam kehidupan beriman dan dalam bermasyarakat, dan menghantar kami
masuk kedalam kemuliaan surgawi untuk berbahagia abadi bersama Bapa dan Putera
dan Roh Kudus.
Amin.
5. BACAAN INJIL (misalnya Lukas 15:11-32 )
Renungan Singkat atau Hening sejenak
untuk mengendapkan Sabda Tuhan
6. PEMERIKSAAN BATIN
F: Saudara-saudari terkasih, marilah
kita mengadakan pemeriksaan batin secara pribadi dalam kebersamaan dan secara
terpimpin.
Pemeriksaan batin adalah langkah
awal untuk menuju ke pertobatan karena lewat pemeriksaan batin ini kita dibantu
untuk jujur dihadapan Allah, menyadari dan mengakui kekurangan yang tidak dapat
kita tutupi. Sebab kalau kita berkata bahwa kita tidak berdosa, kita menipu
diri, dan kebenaran tidak ada dalan kita. (1 Yoh 1:8). Pemeriksaan batin
dapat membantu kita semakin sadar akan kebaikan Allah dan membangkitkan
penyesalan yang tulus atas dosa.
Mari kita masuk dalam keheningan
didalam diri kita masing-masing dan bertanya secara jujur:
A.
Menurut
impian Allah: manusia di hadapan-Nya sebagai ciptaan-Nya. Bagaimana
tanggungjawab atas imanku itu dan atas perintah Yesus untuk mengasihi Allah
lebih dari segala sesuatu dengan segenap akal, budi, jiwa dan raga?
Iman adalah dasar dari segala
sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.
Karena iman kita mengerti bahwa alam
semesta diciptakan oleh Allah (Ibr 11:1-3)
Karena iman semua orang dibenarkan (Gal
2:16b, Rom 3:28; 5:1)
Karena iman, kita diselamatkan (2
Tim 3:15)
Oleh iman akan Kristus, kita
memperoleh pengampunan dosa, dan mendapat bagian dalam kebahagiaan yang
ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan (Kis 26:18b)
Setiap minggu, bahkan mungkin dalam
setiap doa bersama, atau pribadi, dalam doa rosario, kita selalu mengucapkan
syahadat iman kita. Yang perlu ditanyakan dalam diri kita:
Apakah iman itu hanya sekedar kita
ucapkan atau sungguh kita amalkan?—-hening sejenak—
Iman harus diamalkan secara nyata
dalam perbuatan, karena iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong, iman yang
mati (Yak 2:17)
Sudahkah semua tindakan hidup kita,
sikap hidup kita, pikiran hidup kita dan perkataan kita didasarkan pada iman?—-hening
sejenak—
Sungguhkah kita sudah mengasihi
Allah dengan segenap hatiku, dengan segenap jiwaku, dengan segenap akal budiku
dan dengan segenap kekuatanku? Atau justru kita mengasihi Allah dengan
setengah-setengah?—-hening sejenak—
Sungguhkah kita sudah menjadikan
Allah sebagai satu-satunya penguasa hidup kita atau kita justru menduakan Allah
bahkan menomorsekiankan Allah dan lebih menomorsatukan kehendakku, kebutuhanku,
pekerjaanku?—-hening sejenak—
Sungguhkah aku menomorsatukan Allah
dengan sungguh menghormati dan merayakan Hari Tuhan, Hari Minggu dan Hari
Raya?—-hening sejenak—
Sungguhkah aku menomorsatukan Allah
dengan sungguh terlibat dalam kehidupan jemaat dikomunitasku dan di Paroki
ku?—-hening sejenak—
Sungguhkah aku menomorsatukan Allah
dengan sungguh terlibat dalam masyarakat untuk menjadi garam dan terang
dunia?—-hening sejenak—
Sungguhkah aku menomorsatukan Allah
dengan turut berpuasa dan berpantang khususnya pada masa prapaskah dan masa
adven?—-hening sejenak—
Sungguhkah aku menomorsatukan Allah
dengan selalu meluangkan waktu untuk membaca Kitab Suci dan mendengarkan
Sabda-Nya baik secara pribadi, dalam keluarga dan dalam komunitas?—-hening
sejenak—
Sungguhkah aku menomorsatukan Allah
dengan sungguh menjaga dan memelihara hidup doa harianku baik secara pribadi
maupun dalam kebersamaan didalam keluarga?—-hening sejenak—
B. Menurut impian Allah: manusia di
hadapan manusia lainnya sebagai saudara. Bagaimana dengan tanggung jawabku atas
perintah utama Yesus yakni kasih terhadap sesama?
Yesus
mengajarkan bahwa kelak Ia akan kembali sebagai Raja dan Hakim untuk semua
insan. Pada waktu itu yang menjadi syarat kita dapat diterima oleh Yesus dalam
hidup abadi adalah karya amal kasih. Karya amal kasih itu antara lain : memberi
makan kepada orang yang lapar, memberi minum kepada orang yang haus, memberi
perlindungan kepada orang-orang asing atau terasing, memberi pakaian kepada
orang yang telanjang, melawat orang sakit, mengunjungi orang yang dipenjarakan,
menguburkan orang mati, dan lain-lain.
Bagaimana dengan kita?
Sungguhkah
aku mengasihi sesamaku khususnya mereka yang miskin, hina, kecil, lapar,
terkucilkan, yang membenci aku, yang selalu menjengkelkan aku, yang memusuhi
aku, yang memfitnah aku, seperti diriku sendiri?—-hening sejenak—
Sungguhkah
aku mengasihi sesamaku manusia dengan menghormati sesamaku (atasanku, temanku,
musuhku, orang lain) ?—-hening sejenak—
Sungguhkah
aku mengasihi sesamaku manusia dengan tidak membunuh atau menyakiti baik dengan
perkataan, perbuatan, dan sikapku, dengan tidak berpikiran kotor tehadap orang
lain, tidak mencuri hak orang lain, tidak bersaksi dusta, tidak menginginkan
milik sesamaku ?—-hening sejenak—
C. Menurut impian Allah : laki-laki
dan perempuan sepadan dan sederajat dihadapan-Nya. Bagaimana dengan perintah
utama Yesus yakni kasih terhadap pasangan hidup kita?
Allah menciptakan laki-laki dan
perempuan menurut gambaran-Nya. Allah menyatukan ikatan cinta mereka dalam
sakramen perkawinan yang Kudus. Allah menghendaki suami mengasihi istrinya dan
istri menghormati suaminya. Sehingga dalam satu keluarga tercipta hubungan
kasih yang harmonis dan saling menghormati.
Sungguhkah aku mengasihi suami atau
istriku dengan segenap cinta dan pergorbanan yang tulus?—-hening sejenak—
Sungguhkah aku menjadi suami yang
baik dan menjadi ayah yang bertanggung jawab kepada anak-anakku?—-hening
sejenak—
Sungguhkah aku menjadi istri yang
baik dan menjadi ibu yang menyayangi dan menjaga anak-anakku?—-hening
sejenak—
Sungguhkah aku tetap menjaga ikatan
cinta yang terjalin dalam kehidupan berumahtangga selama ini?—-hening
sejenak—
Sungguhkah
aku mengasihi dan menyayangi suami atau istriku dengan tidak menyakiti
perasaannya, tidak mengeluarkan kata-kata makian, dan menyelesaikan masalah
rumah tangga dengan kepala dingin atau malah lari meninggalkan rumah untuk
duduk di warung atau ngobrol di rumah tetangga,?—-hening sejenak—
Sungguhkah aku menjaga keterbukaan
dan kejujuran didalam rumah tanggaku?—-hening sejenak—
Sungguhkah
aku menjadikan keluargaku menjadi keluarga yang kudus dengan menyediakan waktu
untuk bersama membaca Kitab Suci, berdoa bersama dengan rutin, doa rosario
secara berkala, berkumpul dalam doa komunitas, dan menghadiri misa disetiap
minggunya?—-hening sejenak—
D. Menurut Impian Allah :
“Anak-anak adalah gambaran empunya
Kerajaan Allah. Bagaimana
tanggung-jawab ku dengan perintah utama Yesus untuk tidak menghalangi mereka
mendatangi-Nya?
Allah
mengaruniakan anak sebagai buah hati dan tanda cinta dari ikatan suami dan
istri dalam membentuk keluarga yang sejati. Pertumbuhan karakter anak-anak
adalah gambaran dari kehidupan yang mereka terima dari kedua orangtuanya.
Anak-anak belajar dan meniru segala perkataan dan perbuatan yang mereka lihat
dari kehidupan kedua orangtuanya.
Sungguhkah
aku tetap mengasihi dan menyayangi anak-anakku dengan segala tindakan dan
akibat yang mereka ciptakan yang kerap menimbulkan amarah dalam hatiku?—-hening
sejenak—
Sungguhkah
aku mengajarkan kepada anak-anakku tentang Allah pencipta alam semesta dan
segala kebaikan yang ada pada-Nya?—-hening sejenak–
Sungguhkah
aku mengajarkan iman yang benar kepada anak-anakku atau hanya menyerahkan
perkembangan iman mereka kepada guru agama atau guru sekolah minggu?—-hening
sejenak—
Sungguhkah
aku mengajarkan perbuatan-perbuatan baik kepada anak-anakku agar mereka tumbuh
menjadi manusia yang bertanggungjawab dalam kehidupan masa depan mereka
kelak?—-hening sejenak—
Sungguhkah
aku mendampingi dan membantu anak-anakku dalam pelajaran-pelajaran disekolahnya
atau malah memaki dan memarahinya karena tidak serius mengikuti pelajaran
disekolahnya?—-hening sejenak—
Sungguhkah
aku diam dirumah dan berinteraksi dengan anak-anakku setelah seharian bekerja
atau hanya meninggalkan mereka untuk duduk santai diwarung bersama teman atau
tetanggaku ?—-hening sejenak—
Sungguhkah
aku mendoakan anak-anakku disetiap hari agar mereka senantiasa dilindungi dalam
masa pertumbuhannya, dalam perjalanannya, dalam pergaulan dengan
teman-temannya, dalam pelajaran disekolahnya serta memberkati mereka dengan
tanda salib dikeningnya ketika aku hendak pergi bekerja?—-hening sejenak—
(bagian
dibawah ini dibacakan oleh anak-anak bila ada anak-anak yang datang mengikuti
pengakuan dosa)
E. Menurut impian Allah : anak-anak
patuh dan taat kepada perintah dan petunjuk dari Allah dan dari orangtua yang
telah membesarkannya.
Sungguhkah
aku mau menjadi anak yang mengikuti dan menjalankan apa yang dilarang oleh
Allah supaya aku tidak terjerumus dalam dosa?—-hening sejenak—
Sungguhkah
aku mau menjadi anak yang berbakti dengan menaati perintah orangtuaku?—-hening
sejenak—
Sungguhkah
aku mau jadi anak yang pintar dengan menyelesaikan tugas-tugasku disekolah?—-hening
sejenak—
Sungguhkah
aku mau jadi teman yang baik bagi teman-temanku dengan tidak menyakiti, tidak
mengejek, dan mau berbagi dengan mereka?—-hening sejenak—
Sungguhkah
aku mau menjadi anak yang baik dengan membantu pekerjaan orangtuaku dirumah
seperti menyapu lantai, membersihkan tempat tidurku, dan menyimpan
barang-barangku dengan rapi?—-hening sejenak—
Sungguhkah
aku mau menjadi anak yang kudus dengan rajin berdoa, menolong teman yang
kesusahan, bicara dengan jujur dan tidak menjelek-jelekan teman yang lain?—-hening
sejenak—
Sungguhkah
aku mau menjadi anak yang dikasihi Allah dengan selalu mengingatkan orangtuaku
untuk mengajakku ke Gereja setiap hari minggu, mengajak mereka untuk mengantar
aku pergi sekolah minggu dikomunitas, dan mengajak mereka untuk ikut serta
dalam doa komunitas ?—-hening sejenak—
7. PENERIMAAN SAKRAMEN TOBAT SECARA
PRIBADI
F
: Saudara-saudari terkasih dalam Yesus Kristus, saat ini Allah Yang Mahakasih
dengan tangan terbuka menunggu pertobatan kita. Seperti anak yang hilang,
setelah sadar akan kesalahannya mau kembali dan berkata jujur dihadapan Allah,
marilah kita sekarang secara jujur juga mengakukan dosa kita dihadapan Allah
melalui Imam-Nya dan menyatakan penyesalan kita serta mohon rahmat
pengampunan-Nya.
Mari kita menerima Sakramen Tobat
kita secara pribadi.
8. DOA SYUKUR ATAS PENGAMPUNAN (PS No. 27)
F : Marilah kita berdoa bersama —hening
sejenak—
Allah
Bapa Yang Maharahim, Engkau tidak menghendaki kematian orang berdosa.
Sebaliknya, Engkau menghendaki supaya kami bertobat dan hidup. Maka Engkau
mengundang orang berdosa untuk bertobat, dan kepada kami yang bertobat Engkau
melimpahkan pengampunan. Kesalahan kami Engkau hapuskan, dan dosa kami tidak
Kau ingat lagi.
Terimakasih
ya Allah, atas pengampunan yang Kau berikan kepada kami. Semoga sukacita di
Surga karena satu orang berdosa bertobat juga menjadi sukacita kami. Semoga
sukacita pengampunan ini mendorong kami selalu hidup rukun dan damai dengan
seluruh umat-Mu.
Ya
Allah, perkenankanlah kini kami pergi dalam damai dan selalu ingat akan Sabda
Putra-Mu yang menghendaki kami tidak berbuat dosa lagi. Amin.
F
: Marilah kita satukan seluruh doa dan tobat kita, dan menutup seluruh Ibadat
Sakramen Tobat kita malam hari ini dengan mendaraskan Doa Bapa Kami. (umat
dipersilakan untuk berdiri)
Bapa
kami yang di Surga,……
9. BERKAT DAN PENGUTUSAN
Imam : Tuhan sertamu
Umat : Dan bersama rohmu
Imam : Semoga seluruh tobat kita,
perjalanan hidup kita senantiasa dilindungi dan diberkati oleh Allah Bapa Yang
Mahakuasa. Bapa, Putera, dan Roh Kudus.
Umat : Amin
Imam : Ibadat Tobat kita telah
selesai.
Umat : Syukur kepada Allah
Imam : Marilah kita pergi untuk
tidak berbuat dosa lagi dan menghasilkan buah sesuai dengan pertobatan kita.
Umat : Amin
10. PENUTUP (lagu penutup misal:PS 600 Oh Rahmat yang Mengagumkan )

0 komentar:
Posting Komentar