Kamis, 22 November 2018

NATAL YANG PENUH HILMAT



(Lubertus Agung)
Peringatan perayaan Natal merupakan peringatan perjalanan sejarah. Perayaan Natal itu melalui tiga waktu, yaitu  waktu lampau, waktu kini, dan waktu yang akan datang. Waktu lampau dirayakn dengan situasi saat itu. Waktu kini dirayakan dengan kondisi saat ini. dan yang akan datang juga akan dirayakan sesuai saat yang akan datang. Namun  situasi-situasi yang dialami itu kendati berbeda setiap tahun tidak dapat  mengubah esensi sejarah kelahiran Yesus.

Ketika Yesus lahir dua ribu tahun yang lalu situasinya sangat memprihatinkan. Saat itu Yesus lahir di sebuah kandang domba yang sebenarnya tidak layak bagi Yesus lahir ditempat seperti itu. Tempat yang tidak representatif bagi kelahiran Yesus sebagai Putera Allah..Para gembala, domba, Maria serta Yosep sendiri menjadi saksi nyata dan bisu atas kelahiran Yesus. Kedatangan ketiga raja dari Timur memperkuat kebenaran bahwa Yesus sungguh lahir disebuah kandang yang hina dan menjijikan. Situasi yang lebih memprihatinkan lagi bahwa  Herodes mengancam membunuh bayi Yesus setelah mendengar berita dari tiga raja dan tidak memberitahukan kepadanya tempat Yesus dilahirkan. Apa yang telah terjadi saat itu tentu saja tidak bisa mengubah fakta yang menjadi landasan kisah Natal dari zaman ke zaman. Jika Yesus lahir dalam situasi seperti itu saat itu, apakah kelahiran Yesus membawa Hikmat?  Jika direnungkan bahwa Kelahiran Yesus pada zamannya mempunyai kehikmatan tersendiri. Kelahiran Yesus penuh hikmat tentu yang pertama kita lihat bahwa Allah telah merencanakan demikian. Itulah kehikmatan Allah yang melampaui pikiran dan hati manusia.  Sebab bagi Allah hal itu mungkin sedangkan bagi kita tidak mungkin dan penuh tanda tanya. Kehadiran para gembala, domba, dan ketiga raja dari Timur saat itu membawa hikmat tersendiri bagi  Yesus, Maria dan Yosef. Bahkan segala situasi yang ekstrimpun saat itu ada kehikmatan tersendiri. Itu semua merupakan kehikmatan yang berasal dari Allah. Sebab kehikmatan Allah hadir dalam segala situasi.
Peristiwa dua ribu tahun yang lalu kita tidak mengalami dan meraskannya. Tetapi meskipun demikian hakekat dari Natal itu akan terus kita ulang dan rayakan sampai sekarang dan waktu yang akan datang. Kita memperingati kelahiran Yesus dengan tata cara liturgis Gereja yang tertata dalam Tata Perayaan Ekaristi. Pertanyaannya dimanakah  letak kehikamtan Natal kita saat ini? Kehikmatan Natal yang kita rayakan zaman sekarang terletak pada kekusukan hati kita dalam mengiktui perayaan Ekaristi  saat Natal. Dalam kekhusukan itu hati kita bisa memandang kehadiran Allah, Allah yang sungguh hadir secara nyata dalam diri Putera-Nya yang tunggal yang hadir dalam rupa roti dan anggur. Karena ketika Yesus merayakan Perjamuan bersama Murid-Nya, Ia mengatakan “Lakukanlah ini sebagai peringatan akan Aku”.  Perayaan Natal sesungguhnya menjalankan amanat Yesus ini. Situasi apapun yang kita alami dan rasakan saat ini tidak mengubah dan bahkan menggoncangkan hikmat Allah dalam perayaan Natal, baik sekarang maupun yang akan datang. Sedangkan persiapan dan ornamen-ornamen Natal yang pernak pernik hanya sebagai sarana  pendukung kehikmatan jalannya perayaan Natal. Sarana itu tentu saja penting namun yang terpenting ialah menghadirkan kembali peristiwa kelahiran Yesus yang sesungguhnya pada dua ribu tahun silam dengan membuka hati bagi Yesus. Karena hati kita adalah  “palungan utama” bagi Yesus untuk bisa tinggal di dalamnya.
Situasi Natal tahun 2018 ini seiring dengan panasnya situasi politik menuju pileg dan Pilpres April 2019. Situasi politik ini tentu membawa kehikmatan tersendiri bagi umat kristiani yang akan merayakan Natal. Antara Natal dan politik memiliki kehikmatan masing-,masing. Natal sungguh kita rasakan datangnya Hikmat dari Allah sendiri yang membawa kita kepada kebahagiaan dan keselamatan yang tidak akan pudar.. Politk membawa hikmat tersendiri bagi para caleg dan paslon Pilres yang berasal dari rakyat. Mereka yang dipilih dan menang merasa bahwa kemenangan mereka karena rakyat dan didukung dengan dana yang tidak sedikit jumlah. Mereka harus membeli suara rakyat dengan uang. Mereka merasa diuntungkan. Sedangkan bagi pendukungnya dalam hari-hari yang akan datang tinggal gigit jari karena mungkin mereka akan ditinggalkan oleh pemenang pendukungnya. Hal ini tidak berarti menyamakan kehikamtan dari Allah dan  para caleg politik. Kita juga adalah bagian dari rotasi politik. Tetapi hal ini kita perlu hati-hati dan waspada jangan sampai kehikmatan Natal yang merupakan kehikmatan dari Allah sendiri cepat terambil dari diri kita karena adanya pengaruh politik yang kuat dan  bisa memecah belah hati nurani kita oleh karena terpikat dengan pemberian serta janji-janji muluk dari para politikus dalam momen demokrasi tahun politik ini. Perlu diingat bahwa Hikmat dari Allah adalah free (gratis), Yesus diberikan-Nya semata-mata untuk kita dan menyelamatkan kita. Mari kita rayakan Natal di tahun politik ini dengan membatinkan Hikmat dari Allah karena dapat membawa kita kepada sukacita, damai sejahtera, dan keselamatan. Merry Christmas and HNY in 2019!


Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Sample Text

Copyright © WELONG | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com